Jumat, 06 Maret 2015

PENDAKIAN DENGKUL KETEMU DADA

Gunung Cikuray "Pendakian Dengkul Ketemu Dada"



Gunung Cikuray merupakan salah satu gunung yang terdapat di Kabupaten Garut yang memiliki ketinggian 2845 mdpl yang merupakan tanah tertinggi di kabupaten yang berjuluk Swiss Van Java ini. Bentuk yang hampir menyerupai kerucut sempurna jika dilihat dari pusat kota garut, sudah cukup untuk membuat darah para petulalang berdesir untuk segera mengunjunginya. Disekitar gunung ini pun mempunyai banyak panorama alam yang sangat indah dan layak untuk kita kunjungi.



Setelah pendakian pertama di Tanah sunda yaitu di Gunung Papandayan dahulu, kali ini saya mempunyai keinginan untuk menjejakkan kaki di tanah tertinggi Kabupaten Garut yaitu Gunung Cikuray. Awal keinginan mendaki gunung ini pun bisa dibilang tidak sengaja dan mendadak. Rencana ini berawal dari ajakan adik tercinta Si Fita dari Surabaya yang ingin sekali mencoba yang namanya mendaki Gunung. Saya pun berjanji untuk mengajaknya dan memilih Gunung Papandayan dikarenakan medan yang mudah dan sangat cocok untuk para pendaki pemula. Tetapi hal tidak terduga adalah seminggu sebelum pendakian status Gunung Papandayan dinaikkan menjadi waspada dan ditutup total untuk semua kegiatan pendakian. Tiket kereta tujuan Jakarta telah dibeli oleh Fita, kepalang tanggung saya pun mencari alternatif gunung lainnya. Pada awalnya saya memilih Gunung Gede Pangrango, tetapi berhubung masih dalam jadwal rutin penutupan January sampai maret maka akhirnya saya pun melirik Gunung Cikuray ini. Rasa sangsi pada awal melakukan pendakian gunung ini, dari banyak info yang saya dapatkan Gunung Cikuray mempunyai trek yang cukup sadis. Apalagi saya membawa newbie dalam hal pendakian, tetapi dengan banyak pertimbangan akhirnya pendakian ini pun terlaksana dengan anggota tim yang cukup banyak. Saya, Fita, Ferdy, Ibo, Reza, Ika, Septi, Ridwan, Fahmy, Imam. Catatan perjalanan ini juga saya rangkai menjadi sebuah ebook singkat yang bisa kalian lihat DISINI

Untuk mencapai trek awal pendakian Gunung Cikuray kita harus menuju pos Pemancar yang ada di tengah perkebunan teh di daerah Cilawu, Garut. Opsi pertama, Kita bisa naik angkot dengan jurusan Cilawu dan turun di pertigaan Kebun Teh. Bilang saja ke sopir angkot pasti mereka sudah paham. Dari pertigaan kita bisa menaiki ojek hingga pos pemancar di kaki gunung Cikuray.

Opsi Kedua, kita bisa menyewa angkot atau pick up yang ada di terminal Garut. Opsi ini yang kami lakukan dalam pendakian kali ini. Tawar menawar cukup sengit kami lakukan demi mendapatkan harga yang seEfisien mungkin. Harga pun ditetapkan 300 ribu untuk 1 angkot yang akan mengantarkan kita hingga pos pemancar, DEAL. Tas karung pun kita letakkan di atas angkot. Tak beberapa lama angkot pun meluncur meliuk liuk menelusuri jalanan. Hampir sejam berjalan kami tiba di perbatasan kampung dengan perkebunan teh. Disini pun kejadian agak ganjil kami alami, sang sopir angkot tampak kebingungan mencari jalan mencapai pemancar. Angkot berputar putar saja, saya pun agak keheranan kenapa sopir ini sekilas tampak bingung. Dan tak disangka sangka kamipun diturunkan di perbatasan kebun ini. Ibo selaku ketua pendakian pun langsung tampak berdiskusi akan masalah ini, tetapi sang sopir tetap tidak mau melanjutkan perjalanan menuju pemancar dengan berbagai alasan. Akhirnya emosi saya pun terpantik, sumpah serapah saya lontarkan ke sopir dan kenek angkot. Kamipun hanya membayar setengah harga dari kesepakatan. Awalnya sopir pun tidak mau tetap meminta harga penuh, tapi karena kami diturunkan di tengah jalan dan kamipun tidak terima. Daripada kami bakar itu angkot laknat kamipun segera meninggalkan angkot dengan rasa amarah.


Angkot Laknat
Catatan : Untuk menuju pos pemancar dengan mencarter kendaraan, alangkah baiknya mencari kenalan kendaraan yang benar benar sanggup mengantarkan ke pos pemancar. Jangan terlalu mudah percaya dengan tawaran calo angkot di Terminal Guntur. Atau bisa PM saya saja untuk info kontak carter kendaraan yang dapat dipercaya.

Setelah mengalami yang kurang mengenakkan tersebut kami pun dengan terpaksa harus berjalan kaki menuju pos Pemancar. Lampu kelap kelip Pos Pemancar Nampak dekat di perbatasan kebun tempat kami meninggalkan angkot, tetapi menurut Ibo jarak tempuh lumayan jauh kira kira 2 jam berjalan kaki. Mental sempat turun ketika Ibo mengatakan hal tersebut, tapi mau bagaimana lagi. Akhirnya kita pun melanjutkan perjalanan dengan berat hati. Langkah demi langkah hingga sinar mentari pun muncul. Pemandangan menakjubkan pun tersaji sepanjang perjalanan di tengah kebun teh.


Sunrise Pagi
Kebun Teh
Puncak cikuray pun tampak gagah beriring dengan cuaca cerah pagi itu. Di tengah kebun kami pun sempat kehilangan arah. Karena jalan raya tampak semakin menjauh dari pemancar, tetapi dengan tekat tangguh kita pun berjalan menyusuri bukit dan berujung dengan lereng vertikal dengan kemiringan 60 derajat. Dengan keyakinan penuh kami pun melaluinya, yang menurut saya ini mirip dengan trek mahameru bedanya yang ini bukan pasir melainkan tanah gembur yang mudah sekali longsor. Diujung bukit kami bertemu lagi dengan jalan aspal yang tadi menjauh, dari sini pos pemancar sudah sangat dekat. Sekitar 15 menit berjalan akhirnya kita pun tiba di pos pemancar. Perjuangan sangat berat, kami pun kelelahan di pemancar.


Gunung Cikuray Menyapa
Tanjakan Potong Jalur


Pos Pemancar

Baru sampe pemancar saja kami semua sudah cukup kelelahan pikirku. Bagaimana jika nanti kita melewati trek sesungguhnya mendaki gunung Cikuray ini ??, semoga kita semua diberi kekuatan dan kelancaran. Kira kira tepat pukul 10 pagi melangkah ke jalur utama pendakian. Trek pertama membelah perkebunan teh yang kemudian jalan akan bercabang 2. Pilihlah arah kanan karena jika mengambil arah kiri maka kita akan melewati perkebunan dengan trek yang lebih terjal dan mungkin pun kita bisa tersesat diantara ladang penduduk. Selepas ladang kita masuk di batas hutan. Trek dari sini mulai menanjak dengan kondisi yang licin apabila hujan sedang mengguyur. Dari sini kita semua sudah tampak kelelahan, berjalan perlahan lahan dengan sisa semangat yang telah dihancurkan oleh angkot laknat.


Trek Awal
View Pos Pemancar Dari Atas
Akhirnya kita tiba di pos 1 setelah berjalan kurang lebih 60 menit. Kita disini sempatkan untuk beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan kembali. Setelah dirasa cukup kami pun melangkah kembali, kali ini trek semakin menantang dengan tanjakan tanjakan yang cukup membuat dengkul kendor. Beberapa kali beristirahat untuk memulihkan tenaga. Berjalan hampit 60 menit kami tiba di Pos 2. Di pos 2 ini terdapat pipa air yang bisa digunakan oleh para pendaki. Selepas pos 2 trek tetap di bawah kanopi pohon pohon besar sehingga tak perlu takut kulit hitam terpapar sinar matahari, hehehe. Trek juga semakin aduhai dengan kemiringan yang lebih ekstrim. Terkadang kita pun harus semi reppeling dengan berpegangan akar akar pohon yang menjuntai untuk terus bergerak maju, bahkan kalo saya bisa menyebutnya dengan trek 3D (Dengkul ketemu dada ketemu dagu). Kami pun semakin banyak beristirahat di trek yang kejam ini, 10 langkah berjalan 10 menit beristirahat. Bahkan si Ika dan Abi sangat sering tiduran di tengah jalur, bahkan bagi para pendaki mungkin mereka ini bagaikan polisi tidur di tengah jalur, hahaha.


Jalur

90 menit berjalan kami akhirnya tiba di pos 3. Pos yang tidak terlalu lebar tapi bisa digunakan untuk mendirikan beberapa tenda. Kami tetap melanjutkan perjalanan karena tujuan kami awal adalah puncak. Karena hanya puncak Cikuray yang terdapat banyak spot untuk mendirikan tenda. Berhubung kami membawa banya anggota akhirnya diputuskan untuk para porter kulkas yang membawa tenda untuk segera melangkah cepat dan mendirikan tenda dipuncak. Karena kaki saya tidak kuat berjalan cepat akhirnya saya lebih memilih untuk mencari alibi menemani anggota wanita dengan menjadi penyapu ranjau di belakang, hahaha. Tim kaki dewa pun melesat jauh meninggalkan kami tim kaki polio. Ditengah perjalanan kami sempatkan untuk memasak mie instan tepatnya di pos 4. Perut yang berbunyi dan kaki yang lemas kehilangan tenaga sudah tidak dapat ditolerir.

Para Wanita Perkasa
Narsis Tetap Berlanjut

Setelah acara masak memasak kami akhirnya berjalan kembali, tak berapa lama kami pun tiba di pos 5 atau puncak bayangan. Di pos ini berupa tanah datar yang cukup luas, para pendaki pun sering mendirikan tenda di puncak bayangan sebelum melanjutkan perjalanan menuju puncak. Dari pos 5 ini tampak jelas puncak cikuray dikejauhan. Dari sini pun saya sempat membayangkan betapa aduhai trek yang akan saya lalui kembali. Waktu yang semakin sore kami pun segera bergegas berjalan kembali. Dan benar saja tak jauh dari Pos 5 trek gila sudah menguji fisik dan mental kita. Menurut saya ini adalah trek tersulit selama pendakian ini, trek berupa jalanan sempit sangat curam banyak akar akar pohon menghalangi kita. Bahkan ada beberapa bagian yang saya tidak melaluinya sendiri, apalagi dengan membawa kulkas bertuliskan 70 liter ini. Tampak di depan saya tanah hampir 1,5 meter menghadang, harus dengan bantuan tangan anggota lain untuk melewatinya.


Puncak Cikuray Dari Pos Puncak Bayangan
Di tengah jalan matahari semakin redup dan gelap selang beberapa menit hujan deras langsung mengguyur tubuh kami. di tengah hujan trek berubah bak sungai dengan arus deras dengan airnya yang sangat dingin. Ujian sekali lagi dalam pendakian kali ini, tapi ya dinikmati saja. Tak beberapa lama saya pun bertemu dengan Ibo yang tampak kebingunan mencari spot mendirikan tenda. Saya pun penasaran karena rencana awal langsung kepuncak tapi kok Ibo malah mendirikan tenda di jalur datar yang sempit ??. ternyata menurut hasil survey Ibo pelataran di puncak telah penuh dengan tenda lainnya, akirnya kita pun terpaksa memasang 3 tenda di tanah yang sangat sempit ini. Dalam guyuran hujan akhirnya 3 tenda kami pun berdiri. Tak banyak yang kami lakukan malam yang ditemani hujan ini. Masak masak kecil dan langsung masuk kedalam kantung tidur masing masing.
Jika mendaki Gunung Cikuray dan berniat untuk mendirikan tenda alangkah baiknya untuk segera cepat mencapai puncak sebelum malam karena ketersediaan lahan mendirikan tenda yang terbatas. Terlebih lagi jika saat Weekend dan musim pendakian.
Tenda Pun Harus Berhimpitan
Alarm satu persatu berbunyi, berat untuk membuka mata sebenarnya. Tapi matahari pagi akan sayang jika kita lewatkan. Segera bersiap siap kamipun melangkah kembali dalam subuh yang dingin itu. Jalan sudah landai hanya dengan beberapa tanjakan saja. tak sampai 15 menit kami tiba di puncak Gunung Cikuray, puncak ditandai dengan pos bertuliskan Puncak Cikuray. Di puncak ini pun tampak ramai denga beberapa pendaki yang telah bangun dari mimpi mereka.


Keramaian Pagi Itu
Tampak horizon cakrawala membelah tepat setelah mentari muncul dari peraduannya. Awan awan tampak berarak di bawah kita. Sungguh pagi yang luar biasa, doa kecil pun saya panjatkan “Alhamdulillah aku bisa hidup di negeri yang sangat indah ini”, bergetar rasanya setiap dapat menginjakkan kaki di tanah tertinggi. Maka nikmat Tuhan mana lagi yang akan engkau dustakan.

Puncak Cikuray

Pagi Yang Menakjubkan

Di puncak Cikuray kita dapat melihat Gunung Papandayan yang selalu mengeluarkan asap dari kawah aktifnya. Disebelah barat tampak Gunung Guntur Masigit, dan juga Nampak kecil dikejauhan Ciremai yang gagah. Sungguh pagi yang sangat menyenangkan apalagi dapat menikmati dengan teman teman asik serta salah satu anggota keluarga tercintaku, adek Fita dan Ferdy. Mungkin ini pengalaman pertama mereka naik gunung yang tak akan terlupakan selamanya oleh mereka berdua. Terima kasih untuk kalian semua dan jangan pernah lupakan setiap langkah perjalanan yang telah kita lalui bersama sama. Salam sehat bebas polioooo….woyooooooooooo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar