Jumat, 06 Maret 2015

PERJALANAN GUNUNG PAPANDAYAN


Kembali lagi dengan pendakian saya menuju Gunung Papandayan. Itulah saya yang tak pernah bosan mendaki gunung yang walaupun pernah ratusan kali mendakinya. Bagi saya, walaupun mendaki gunung yang sama berulang kali, pasti akan terasa berbeda dan tentunya akan mendapat pelajaran yang berbeda pula. Pendakian ini terdiri dari beberapa rombongan yang berjumlah sekitar 40 orang dari Jakarta. Beberapa rombongan juga berangkat dari Bandung, namun di lapangan saya sulit menemukannya sebab banyaknya pendaki saat itu.



Berikut catatan perjalanannya : 

Jumat, 7 November 2014

Sore hari pukul 16.00 kami masih sibuk untuk mengepak barang bawaan di kediaman saya di Pondok Aren. Ba'da maghrib pukul 18.30 baru lah kami mulai berangkat menuju pool bus Primajasa di daerah Gaplek Ciputat. Dari kediaman saya, kami mencarter sebuah angkot hingga Ciputat. Sore itu kami akan berkumpul di pool bus dengan rombongan lain. Sekitar satu jam perjalanan dengan kodisi jalanan sore yang padat kami tiba di pool bus Primajasa.

Di kediaman saya

Pukul 20.00 semua rombongan sudah berkumpul di pool bus. Kami langsung naik bus yang jurusan Garut. Keuntungan naik dari pool langsung itu bisa dapat tempat duduk dan menyimpan barang bawaan di bagasi bus. Pukul 20.30 bus pun berangkat meninggalkan Ciputat menuju Garut. Kali ini bus penuh dengan para pendaki dan traveler dengan tujuan Garut. Didalam bus kami habiskan waktu untuk mengobrol dan sesekali memejamkan mata.

Sabtu, 8 November 2014

Tak terasa hari sudah berganti, kami masih dalam perjalanan menuju Garut. Malam itu kami sudah tiba di daerah Cicalengka. Saya langsung menelepon pak Ikin pemilik mobil bak carteran untuk bersiap menjemput kami di Pom Bensin Tanjung. Namun, Pak Ikin tiba-tiba tidak bersedia menjemput kami sebab para pemilik mobil bak sudah tidak lagi diperbolehkan menjemput pendaki di luar daerah Cisurupan dan Terminal Guntur.

Tak kehilangan akal saya menelepon Mang Eep. Dia sama seperti Pak Ikin pemilik mobil bak carteran pendaki. Mang Eep menyanggupi menjemput kami di Tarogong. Pukul 01.30 kami tiba di Tarogong. Mang Eep pun tak lama datang dan langsung bernegosiasi dengan saya. Ternyata saat ini pemilik mobil bak pendaki sudah dilarang menjemput pendaki diluar Cisurupan atau Terminal Guntur. Sekalinya menjemput di luar daerah Terminal dan Cisurupan harus membayar jatah angkot. Jadi kami mesti pakai jasa angkot kemudian kami turun di Cisurupan lanjut dengan mobil bak.

    Yah beginilah kondisi di Garut saat ini. Pendaki kini harus membayar biaya agak lebih karena ada hal-hal seperti ini. Jangankan pendaki Jakarta, saya aja yang sering berangkat dari Bandung kadangkala mengeluarkan biaya lebih hampir sama dengan berangkat dari Jakarta.

Kemudian kami naik angkot yang sudah di organisir Mang Eep. Sementara saya dan beberapa teman naik mobil bak Mang Eep sambil menjaga barang bawaan. Karena memang semua barang bawaan ada di mobil bak sementara pendakinya naik angkot. Sekitar 45 menit perjalanan, kami tiba di Cisurupan. Kami langsung berganti dengan mobil bak semua. Perjalanan kami lanjut menuju Camp David. Saat ini jalanan aspal menuju Camp David sudah bagus tidak seperti dulu, jadi hanya membutuhkan waktu sekitar 45 menit kami sudah sampai di Camp David. Waktu menunjukan pukul 04.00 subuh.

Tiba di Camp David kami langsung mengurus ijin masuk dan mengecek ulang barang bawaan. Pagi ini langit nampak sedikit mendung, tak ada bintang yang bertaburan seperti biasanya. Suhu juga masih terasa normal tidak terlalu dingin menurut saya.

6° - 10°

Pukul 05.00 matahari mulai menampakan wujudnya dari balik pepohonan. Saya melepas 2 orang kawan saya untuk berangkat duluan yaitu Nanang dan Arul. Mereka berdua merupakan team kerja saya di gunung. Saat ini mereka menjadi team advance. Mereka bertugas untuk mecari lapak mendirikan tenda untuk kami semua. Sebab pagi itu kami melihat banyak sekali pendaki yang naik. Sehingga saya memutuskan untuk mengirim mereka berdua untuk mencari lapak yang sedikit luas untuk tenda-tenda kami.

Pukul 05.30 kami semua sudah siap dan berkumpul membentuk lingkaran untuk sejenak berdoa memohon perlindungan dari yang Maha Kuasa agar kami semua bisa selamat sampai kembali pulang ke rumah.

Pagi hari di Camp David

Doa dipimpin Dede Jadul yang namanya tak asing lagi di web ini :)

Setelah berdoa kami mulai melangkahkan kaki memasuki areal Kawah Gunung Papandayan. Trek landai berbatu menyambut kami. Perjalanan Gunung Papandayan memang sangat menyenangkan. Kami tak perlu buru-buru berjalan. Jalan santai sambil berfoto menikmati alam yang indah di sana. Kami terus berjalan melewati kawah dengan bau khas yang menyengat sekali. Tiba di ujung kawah, kami mengambil arah kanan dengan jalur menurun landai.

Berjalan di kawah

Kepulan asap kawah pagi itu

    Sebenarnya setibanya di ujung kawah ada jalur lurus terjal mendaki. Itu tembus jalur G. Nangklak atau langsung Hutan Mati. Namun saya sudah lama tak melewatinya, sebab jalurnya kini makin terjal setelah terjadi longsor beberapa waktu lalu.

Trek kini menurun kemudian menyebrang aliran sungai. Kemudian trek menanjak sampai daerah Lawang Angin. Kali ini kawan-kawan nampak sesekali berhenti untuk menghela nafas karena tanjakan lumayan membuat lelah walaupun tidak terlalu jauh. Di Lawang Angin waktu menunjukan pukul 08.00. Masih pagi dan kami beristirahat sejenak sambil menikmati pemadangan.

Setelah santai kami melanjutkan perjalanan, kami berhenti di pertigaan Geberhut. Disana kami harus melapor kepada petugas yang berjaga. Setelah melapor, kami lanjutkan perjalanan menuju Pondok Salada. Sekitar berjalan 20 menit dari Geberhut kami tiba di Pondok Salada. Saya langsung mencari dimana letak Nanang dan Arul mendirikan tenda. Setelah saya menemukan mereka, kami semua mendirikan tenda di tempat yang sudah dicarikan oleh Nanang dan Arul.

    Sampai Pondok Salada saya sangat kaget, ternyata sudah banyak berdiri warung yang berjualan makanan. Bahkan ada juga toilet disana. Dalam hati saya ini hutan sudah seperti perkampungan saja. Sudah tidak berkesan lagi bagi saya. Pertama hutan kini sudah dibangun bangunan semi permanen dan yang kedua karena pendaki kini tak perlu repot-repot memasak, tinggal beli sudah cukup.

Setelah tenda sudah berdiri semua, kami mulai memasak untuk sarapan pagi ini. Sarapan pagi cukup dengan mie instan dilanjut dengan ritual ngopi-ngopi menikmati alam yang semakin lama semakin berubah akibat banyaknya aktifitas manusia disana.

Masak-masak dan makan-makan

Siang itu langit sangat cerah, matahari terasa menyengat. Namun selepas pukul 12.00 langit berubah menjadi gelap. Dan hujan pun turun saat itu. Padahal niat kami siang itu berangkat menuju Tegal Alun. Akhirnya kami semua masuk tenda dan melanjutkan ritual ngopi di dalam tenda. Hujan turun tidak begitu lama hanya sekitar satu jam.  Cuaca kini menjadi sedikit dingin membuat mata terasa berat. Beberapa dari kami memilih untuk tidur.

Cuaca berubah cepat sekali

Pukul 02.30 hujan berhenti. Saya dan beberapa teman masih setia duduk mengobrol sambil menyeruput kopi sebagai penghangat. Sebagian juga ada yang jalan-jalan berkeliling Pondok Salada sampai Hutan Mati.

Selepas hujan masih mengobrol

Gubug kami di Pondok Salada

Waktu cepat berputar, hari semakin gelap. Kami mulai masak kembali sebagai makan malam. Nasi, tempe, sosis, dan otak-otak kami olah menjadi makanan yang hangat untuk mengisi perut yang kosong.

Setelah makan, kami lanjutkan dengan ngopi-ngopi. Malam ini cuaca berkabut di Pondok Salada. Sebagian dari kawan-kawan memilih untuk beristirahat sementara saya dan beberapa kawan masih terjaga hingga tengah malam tiba. Tengah malam langit cerah bermunculan ribuan bintang dan bermencarkan cahaya bulan. Malam itu terasa indah sekali. Kami lanjutkan memasak air untuk susu dan kopi hangat.

    Gunung Papandayan sudah tak sesunyi dulu, kini di malam hari pendaki berteriak-teriak saling bersahutan. Sering terjadi di Suryakencana Gunung Gede namun tidak berlangsung lama. Beda dengan disini. Entah apa yang mereka pikirkan. Padahal selain pendaki, di alam juga ada kehidupan lain. Seharusnya mereka saling menjaga dan menghormati. Kelakuan pendaki seperti ini mudah-mudahan jangan sampai ada di gunung lain. Saya pikir memang pendaki Gunung Papandayan kebanyakan REMPAKEM (Remaja Pecinta Kemping) bukan pendaki yang saling menghargai alam dan pendaki lain.

Minggu, 9 November 2014

Pukul 01.30 dini hari, kondisi cuaca masih sangat cerah dengan ribuan bintang dan pendaran cahaya bulan, namun, suhu menurun sangat drastis sekali. Saya mulai mengenakan jaket dan masuk ke dalam tenda untuk beristirahat. Pagi itu tidur terlelap berselimut dingin Pondok Salada.

Pukul 05.30 saya terbangun oleh suara kawan-kawan yang sudah terbangun. Saya langsung keluar tenda dan bersiap-siap. Pagi ini kami akan menuju Tegal Alun. Setelah semua sudah siap, kami langsung berjalan menuju Tegal Alun. Kali ini rombongan saya arahkan melewati jalur yang belum lama dibuat atau bisa dibilang baru. Bukan lewat tebing bebatuan bukan pula melewati Tanjakan Mamang.

Nanjak-nanjak

Jalur ini cukup enak walaupun menanjak curam tetapi kita bisa berpegangan pada pohon-pohon cantigi yang menancap kuat di tanah. Trek sangat menanjak terjal terlihat beberapa kawan nafasnya mulai tersengal-sengal. Kurang lebih sekitar satu jam berjalan santai kami tiba di Tegal Alun. Disana seperti biasa kami duduk-duduk sambil berfoto ria.

Di Tegal Alun

Setelah puas berfoto dan makan-makan snack kami lanjutkan perjalanan turun melalui Tanjakan Mamang. Ternyata pagi itu banyak pendaki yang sedang naik sehingga kami harus antri bergiliran untuk turun.

Meninggalkan Tegal Alun

Turunnya antri

Setelah dirasa sedikit sepi, saya turun sambil berlari diikuti rombongan belakang. Pukul 09.00 kami sampai di areal Hutan Mati. Saya dan beberapa kawan berhenti sejenak sambil menikmati pemandangan disana sementara yang lain kembali menuju Pondok Salada untuk masak. Seperti biasa kami di Hutan Mati berfoto sambil menikmati keindahan alam yang tersaji didepan mata.

Di Hutan Mati

Setelah dirasa cukup dan kami sudah lapar akhirnya kami kembali menuju Pondok Salada. Kala itu panas matahari sudah terasa menyengat di kepala. Kami berjalan menuju Pondok Salada sekitar 30 menit. Kemudian kami langsung memasak makanan dan sebagian juga ada yang packing barang bawaan. Makan kali ini cukup mewah ada ayam goreng, sayur, sosis dll.

Ada yang packing ada yang masak

Setelah makan siang dan semuanya selesai packing, tak lupa kami mulai membersihkan sampah yang ada disekitar tempat kami camp. Kami sudah siap untuk kembali turun. Pukul 12.30 kami turun meninggalkan Pondok Salada. Sebelum turun kami kembali berdoa agar selalu mendapatkan perlindungan yang Maha Kuasa.

Dalam perjalanan turun kami terus berjalan dengan langkah yang sedikit cepat. Sampai Geberhut kami berhenti sebentar untuk melapor. Kemudian kami lanjutkan perjalanan turun. Lawang Angin terlewati dengan cepat sekali. Kami berjalan tanpa henti dan sekalinya berhenti di daerah awal masuk areal kawah untuk sekedar minum dan berteduh dari cahaya matahari.

Perjalanan turun

Sekitar 5 menit beristirahat kami lanjutkan perjalanan. Kami terus berjalan tanpa henti melewati areal kawah yang baunya menyengat. Hingga akhirnya kami sampai kembali di Camp David pukul 14.30. Alhamdulillah.

Saya langsung mencari mobil bak untuk turun ke Cisurupan. Hari itu banyak sekali pengunjung di Camp David. Saya harus mencari mobil bak agar kami tidak terlalu sore sampai di terminal. Sebab terminal di Garut jika weekend seperti ini akan banyak sekali pendaki jadi kadang untuk menuju Jakarta sering tidak kebagian bus.

Tak lama kami langsung naik mobil bak dan langsung menuju Cisurupan. Perjalanan turun memakan waktu setengah jam dari Camp David. Sampai Cisurupan kami naik lagi angkot menuju Terminal Guntur.

    Dulu mobil bak dari Camp David mau mengantarkan pendaki sampai terminal. Sekarang mobil bak hanya boleh sampai Cisurupan sebab itu jatah angkot katanya. Lagi-lagi hal seperti ini membuat saya sedikit malas. Malah harganya tambah mahal pula. Garut oh Garut !! kenapa sekarang transportasi pendaki berbelit dan ribet tidak seperti dulu.

Angkot berjalan lamban sekali hampir satu jam baru lah kami tiba di Terminal Guntur. Di terminal kami bersih-bersih dan mengisi perut. Setelah semua selesai bersih-bersih, puku 17.00 kami langsung naik bus Primajasa jurusan Lebak Bulus. Dalam perjalanan kami habiskan waktu untuk beristirahat terlelap dalam dinginnya ac bus. Pukul 23.30 kami sampai Terminal Lebak Bulus Jakarta. Saya langsung mencarter angkot ke rumah. Pukul 12.30 saya dan kawan-kawan sudah sampai di rumah saya. Alhamdulillah,, semuanya selamat tanpa kekurangan satu hal pun. Malam itu kami lanjutkan dengan acara bersih-bersih peralatan yang sudah dipakai.

Terima kasih sudah menyimak. Sampai jumpa di Pendakian si Janu lainnya!! Salam Lestari !!!

Si Janu
   

Petualang

Sebebas camar engkau berteriak,

Setabah nelayan menembus badai,

Seikhlas Karang menunggu ombak,

Seperti lautan engkau bersikap - Iwanfals

Thanks To :

- Allah S.W.T,

- Orang Tua yang selalu mendoakan anaknya main di hutan,

- Rekan seperjalanan (Malafika, GDM, dll),

- Mang Eep,

- Gunung Papandayan yang selalu menyambut saya dengan keindahannya.

Catatan :

    Jaga kelestarian alam Gunung Papandayan,
    Bawa SAMPAH turun kembali,
    Jangan berbuat Vandal biarkan alam Papandayan tetap terjaga,
    Jangan menebang pohon hanya untuk api unggun (kalau mau hangat jangan ke gunung, kepantai aja sana!!),
    Jangan membuka lahan untuk mendirikan tenda. (Pondok Salada berubah drastis, banyak spot yang dulunya pepohonan kini sudah rata tanah),
    Pendaki gunung harus saling menghargai dengan pendaki lain atau alam sekitarnya. Jangan berteriak-teriak di malam hari (menggangu pendaki yang beristirahat dan binatang-binatang yang ada disana).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar